Jumat, 25 Juni 2010

Maka Kuiqrarkan

Tiba kesibukan, berganti kemelut, ditimpali peluh.
Namun inilah perjuangan, inilah pergerakan.
Sungguh, air yang diam hanya akan menjadi penyakit, maka jadilah air yang mengalir menasbihkan kebenaran, menghadapi cadas-cadas dengan tekad..

Seringkali aku terdiam, termenung tatapi ceruk-ceruk kehidupan,
Menggali lumbung-lumbung makna.
Biarkan sejenak kau simak panorama fajar, setiba di sekolah,
Atau nikmati saja terik siang saat kau pulang.
Tak ada yang tercipta sia-sia.
Sungguh !

Semalam mataku terbuka, mematut karya-karya Harun Yahya dalam cerminan hati dan kecemerlangan akal, cendekiawan muslim--insya'Alloh selanjutnya aku.
Betapa agung ciptaan Alloh. Bahkan air mata perenungan tak bisa menjelaskan kemahaagungan itu biarpun ia mengalir sepanjang tahun. Sebagaimana ibadah atau tidaknya kita tak akan menambah atau mengurangi keagungan-Nya..
"Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa..!"

Kusarankan engkau membuka situs beliau, tak mengapa kau nikmati sekitar satu jam lebih men-download salah satu karya beliau : Atlas Penciptaan.
Tak mengapa. Sungguh tak mengapa. Bukankah begitu sering kita habiskan waktu di dunia maya sekedar melancong atau menyapa teman.
Kukatakan, insya'Alloh kau dapati ilmu yang bermanfaat di sana.
Bukti-bukti nyata, kebenaran dari Al-Haqq..
Sediakan waktumu tuk renungi ayat-ayat kauniyah-Nya.
Bukankah muslim adalah ummat yang berfikir ?

Tiba kesibukan, berganti kemelut, ditimpali peluh.
Namun inilah perjuangan, inilah pergerakan.
Sungguh, air yang diam hanya akan menjadi penyakit, maka jadilah air yang mengalir menasbihkan kebenaran, menghadapi cadas-cadas dengan tekad..

Sering kubisikkan kata-kata itu dalam-dalam, kuhembuskan dalam diriku bak angin laut yang menghantar nelayan pulang perantauan lautnya.
Kata-kata yang kusadur dari para pejuang Islam penulis tinta emas dalam sejarah..
Hasan al-Banna, begitupun para pemimpin pejuang kebenaran.
Lantas, apa alasanku untuk berdiam diri?
Meski aku hanya pelajar SMA, dengan rutinitas harian yang tak ada bedanya dengan siapapun di Nusantara. Bukankah derajat pembeda hanya taqwa?
Betapa indahnya Islam..
Maka kuikrarkan..
"Rodhiitu billaahi robbaa, wa bil islaami diinaa.."

(dari sebuah pesan singkatku untuk sahabat seperjuangan,
Lelah di jalan ini adalah niscaya.
Tangis di jalan ini kadang jadi pelipurnya.
Tapi syurga meniadakan segala derita,
hatta kembali ku katakan, "Rodhiitu billaahi robbaa, wa bil islaami diinaa..")

2 komentar:

  1. lanjut gan......

    oh ya kasih link nya aja yang suruh dibuka

    BalasHapus
  2. Bgmn caranya ya? Maksud qt buat link itu apa? Saya msh kurang mengerti, bnr2 baru di blogspot. Trims.

    BalasHapus